Gerakan Sekolah Menyenangkan Ubah Paradigma Pendidikan

Anggaran belanja pendidikan Indonesia selalu meningkat setiap tahun. Tahun 2019 mencapai Rp 492,5 triliun. Ironisnya, kualitas pendidikan tidak mengalami kemajuan signifikan dan terhitung rendah di level internasional.

Menurut pendiri Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) Muhammad Nur Rizal PhD, nilai literasi Programe Internasional Student Asessment (PISA)  Indonesia, pada tahun 2015 berada di peringkat 62 dari 70. Sementara Human Development Index (HDI) Indonesia pada 2017 berada diperingkat 116 dari 189 negara.

“Ini menunjukkan tingkat pembangunan manusia yang masih timpang,” terang Nur Rizal dalam Sosialisasi Penjaminan Mutu Pendidikan bertema ‘Penjaminan Mutu Pendidikan dalam Perspektif Zonasi Mutu, Kecakapan Abad 21 dan Penguatan Pendidikan Karakter’ di Hotel Grand Dafam Rohan, Banguntapan Bantul, Selasa (12/3/2019). Pembicara lain Novi Candra dari GSM dan Dosen Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY Dr Das Salirawati MSi.

Pemerintah terus berinovasi dengan program-program pembinaan, tetapi tingkat keberhasilannya masih belum sesuai harapan. Menurut Nur Rizal, pada dasarnya masalah bukan terletak pada pedagogi ataupun teknis, melainkan pada paradigma pendidikan yang berujung pada sistem hingga mutu guru. “Pendidikan Indonesia masih menganut paham standardisasi, padahal ini merupakan sistem yang dibangun untuk menjawab kebutuhan Industri 2.0 (revolusi teknologi manufaktur dan produksi),” ujarnya.

Kini, di era Industri 4.0 (industri kecerdasan buatan atau otomasi robot) yang berpotensi mereduksi aspek kemanusiaan, sudah saatnya paradigma pendidikan nasional bertransformasi. Selain itu, cara belajar monoton, repetitif terkesan kurang memberikan ruang eksplorasi dan memahami keberagaman yang diterapkan oleh Indonesia. Hal ini turut berdampak pada munculnya masalah-masalah sosial di level sekolah. (Dev)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *